Jadilah Bintang....

sebuah melodrama singkat telah diputar
sejenak aku terpana...
begitu indah pemandanganku
kamu begitu sempurna
dan bintang aku panggil dirimu
kamu layak mendapatkannya
itulah kasat mata yang sempat terekam

mengalir sebuah cerita...
oh bintangku kelam terimbas kekejaman manusia
keterpesonaanku berubah menjadi sebuah iba
aku merasa bintangku adalah buah hatiku
ingin kuraih dirimu menjadi bintang yang sesungguhnya
yakinku, aku bisa membawamu ke tempat kamu semestinya

namun apa daya aku hanya seorang wanita
keinginan untuk merangkulmu hanyalah nafas tertunda
antara kepentinganku dan kepentingannya saling berlawanan
dan kamupun sudah terlalu membiasa berendam dalam nista
sayang, hanya satu yang kuharap darimu
jadilah dirimu seutuhnya....
karena kamu patut mendapatkannya

Tak Tergantikan ....

atap langit masih kutatap mesra
gambar dirimupun semakin kentara
memang jauh tak terjangkau
sementara gapaian tanganku semakin melemah
tak tergantikan...
kehadiranmu begitu melekat dalam benakku
menyusup ke setiap relung hatiku
membenahi keinginanku
meredam ego dan kesombonganku
alangkah indahnya mengenangmu
jika waktu diputar ulangpun
aku tak ingin melewatkannya
karena kutahu kamu tak kan terganti

Tak Berbatas Lelah....

andai kutahu... aku akan ditinggalkan
kuingin kamu beritahu dimana persis aku berdiri
andai kutahu... aku di tengah lautan
kuingin kamu beri aku sampan
andai kutahu... aku akan mendayung sendirian
kuingin kamu beri aku arah tujuan
ombak kerap menghantamku
luka perih nyaris tak terperi
namun aku tetap menyisir
sekedar ingin mengetahui
batas cakrawala yang kuharapkan

Hanya Sebuah Keinginan....

bintang sudah kugenggam...
perlahan menyeruak ruang batinku
tak begitu lama kuenyahkan
bukanlah bintang yang kudapatkan,
hanyalah debu yang mudah tersapu angin
hhmmm... tak mudah menyatukan rasa
bila adapun tak mudah mendalaminya
sedalam-dalamnya keinginan
aku hanyalah seorang perempuan
bila tiba saatnya...
aku ingin melabuhkan kepalaku pada tiang bendera
bukan pada bambu busuk di pinggir kali
ataupun pada tembok monumen
hanyalah sebuah keinginan
tak sampaipun tak kan menjadi rapuh

Bintangku....

kudapati sebuah bintang
cahayanya terang sendirian
sangaat terang....
perlahan cakrawala merendah
sampai batas jangkauan tangan
tak mesti bersusah payah...
kuraih dalam genggaman

ingin kuselipkan pada kisi-kisi hati
namun kamu masih berdiri menghalangi
ringkih aku menepismu
lara tak bisa ditawar
perlahan aku harus melepaskanmu
bintang masih kugenggam
namun langkah masih dipersimpangan

Selangkah Dalam Bayanganmu....

bayang-bayang rupawan kerap singgah dibalik keburukkanmu
kisah melodrama senantiasa berputar meratap ruang gerakku
haruskah aku terpaku pada satu langkah?
nyaman sesaat ku mengenangmu
selebihnya hanya himpitan kecewa menjalar pada setiap aliran darahku

bila saja tak terbersit keinginan untuk mencintaimu
kupikir akan lebih baik akhir cerita ini
namun ku tak tahu maksud terdalam yang ada di benakmu
skenario tak pernah dibuka secara gamblang
sampai pada titik nadir aku masih bertanya

aku tak pernah mengerti keinginanmu
aku tak pernah tahu apa maksudmu
yang kutahu kamu adalah sebaik-baiknya
sampai kamu melenggang berbalut kerinduan
menyisakan beragam pertanyaan

Air Matamu Luluhkan Keangkuhanku...

mendengarmu menangis seperti mendengar anakku meminta mimi
mendengarmu menangis ibarat mendengar anakku mengharap dimanja
mendengarmu menangis kurasakan kepedihanku akan kehilangannya
mendengarmu menangis runtuhlah ego dan keangkuhanku
pintar kamu sayang....
hanya dalam waktu sesaat kamu mampu meruntuhkan pertahananku
hanya dalam hitungan menit, kamu mampu membalikkan fakta seratus delapan puluh derajat
seperti tak ada kesempatan untuk berpikir
seolah tak ada waktu untuk menunggu
mengalir sebuah janji untuk menghapus air matamu
menemanimu... mengantarkanmu ke kehidupan yang sesungguhnya
selamat datang dalam kehidupanku...
tak ragu aku ingin memberimu mimpi
akan kuhangatkan hatimu dalam selimut cinta yang indah

Akhir Petualangan Aaliyah....

Janjinya untuk tidak membuat kesalahan sudah Aaliyah tepati, sampai pada akhirnya Aaliyah berkesimpulan ada salah ataupun tak ada salah bukan suatu hal yang fundamental dalam sebuah hubungan percintaan.
Tidak dipungkiri kegagalan kali ini sangat menyakitkan, terlebih sebuah alasan yang sangat diharapkannya tak jua kunjung datang. Berbagai usaha dilakukan agar bisa mendapatkan jawaban dari sebuah pertanyaan, kenapa kamu meninggalkanku?
Tidak pernah ada kata sia-sia untuk terus mencari tahu, hakekatnya walaupun tak menantikan kehadirannya lagi, Aaliyah sudah tidak berminat memulai lagi hal yang baru, cukup baginya pengalaman ini adalah yang terakhir dari petualangan cinta terlarangnya.
Hari ini pukul 23.06, bukan kali pertama Aaliyah dilanda kegelisahan sehingga tak bisa memejamkan mata, pikirannya menerawang menembus batas angan-angan, berkecamuk dengan rangkaian kejadian yang telah dialaminya. Satu persatu lamunan luruh berhamburan menyapu percikan kesedihan yang tak pernah berhenti menyiratkan butiran-butiran mutiara dari sudut matanya.
Sejujurnya Aaliyah tak pernah berusaha menepis kehadirannya, dengan segenap kesadarannya dia nikmati segala kepedihannya, dia nikmati kenangannya, airmata yang dia teteskan adalah kebahagiaan tersendiri baginya. Secara emosional dia ingin marah, dia ingin membencinya, tapi tak dia lakukan karena pada titik terdalam ada segenggam kenangan indah yang sangat melekat dan menyenangkan jika diputar ulang.
Helaan nafas panjang tak jua melegakan perasaannya, berbatang-batang rokok telah dia hisap sekedar ingin mengurangi kegalauannya, sebentar kemudian Aaliyah beranjak ke depan cermin, dia perhatikan dengan seksama lekuk tubuhnya, "tak ada yang kurang", batinnya... dia juga mengusap-ngusap raut mukanya, seperti membandingkan sosoknya dengan sosok orang yang dicintainya, diakui badannya agak susut begitupun raut mukannya tidak secerah biasanya, diapun kembali ke tempat duduknya.
Segala bentuk nasihat, saran, dan wejangan dari sahabat-sahabatnya seperti masuk ke kuping kiri keluar dari kuping kanan, tetap meresapi penderitaannya, tak ingin dibagi dan tak mau dienyahkan.
Kepahitan merasakan derita seolah sebanding  dengan keindahan menikmati kenangan-kenangannya, biarkanlah...biarkanlah... aku menikmati indahnya merindu, dahsyatnya mencintai.

Terkadang Aaliyahpun merasa "betapa bodohnya aku ini?" tapi kerap perasaan itu lenyap dengan sendirinya dan kembali pada kekuatan semula mencintai dan merindukan, namun Aaliyah agak tertegun kala seseorang yang juga sempat dekat dengannya berkata:
"i know u need him...but does he needs you?? think about that...do u wanna continue waiting?? remember u only live life once...don't waste it"
Aaliyah berpikir keras, berusaha mencerna isi terdalam dari kalimat itu, apakah aku terlalu goblok jika aku terus memikirkan dan mencintainya? 
Kata-kata itu terus terngiang seperti meneriakkan bahwa aku very damn silly head... 

Semakin teriris hati Aaliyah tatkala ada orang dengan lantang meneriakkan kesombongannya, "lima juta ML sama gua, mau gak?" tak habis pikir kenapa orang bisa menyakitiku sedemikian rupa, dibenaknya...tak pernah terbayang akan mendapatkan sejumlah uang dari hasil menjual diri, semakin...semakin... Aaliyah merasakan bahwa dunia maya ini penuh dengan kekotoran dan kenistaan, harapan untuk dapat sesuatu yang indah sirna sudah, Aaliyah tak berharap lagi mengenal lebih dekat orang yang dijumpainya di internet
Hmmm.... mungkin saatnya untuk berbenah diri.... banyak pelajaran yang kudapat, saatnya untuk menyatukan pengalaman real dan non real sebagai acuan untuk menapaki kehidupan yang sesungguhnya, tidak dapat dipungkiri sesuatu yang berhargapun aku dapatkan disini.
Selamat tinggal angan-angan.... selamat jalan kerinduan.... sampai jumpa dalam arena keabadian...

Kertas Terlanjur Buram...

andai hidupku ibarat kertas
kan kujauhkan dari tetesan air
kuhindarkan dari terpaan angin
kugoreskan tulisan pensil
kusiapkan sebuah penghapus
bersih... senantiasa bersih...
rapi... senantiasa rapi...
karena hanya akan kutulis sebuah nama

kertasku sudah buram...
tak robek tapi kusut...
namamu juga terbenam dalam goresan lain
semangatku terus memperjelas
sampai pada titik kejelasan
hatiku perih karena terluka
luka karena goresanku sendiri

Kamu adalah Dia....

jika kamu bukanlah kamu
jika kamu adalah dia
jika kamu adalah misinya
sewajarnya kamu begitu
tak ada lagi pertanyaan
kuanggap semua selesai
tak ada lagi kekeliruan
semata karena kebodohanku
kuharap akan menjadi pintar
kuharap tak lagi ada penyamaran
percuma saja tak akan dapat apa-apa
karena aku adalah apa adanya
siapapun kamu ...
kuakui berhasil mengiris hati
puaskah dirimu?